Hancurnya Jembatan Kuning atau Jembatan Palu IV akibat tsunami pada 28 September 2018 ini, tentu saja merugikan kota Palu secara finansial. Jembatan yang diresmikan pada Mei 2006 ini merupakan landmark Kota Palu dan sekaligus menjadi obyek wisata bagi para wisatawan, dan juga sangat berperan dalam konektivitas masyarakat yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.
Desain lengkungnya yang indah, bersinar keemasan ketika tersiram cahaya, sempat diabadikan oleh seorang wisatawan Jepang yang lalu mengunggahnya di sosial media setelah mendengar kota Palu dihantam gempa tsunami dan jembatan tersebut hancur tak berbekas. Itulah yang akhirnya mendorong Pemerintah Jepang untuk memberikan bantuan rekonstruksi melalui Japan International Cooporation Agency (JICA) berupa dana hibah senilai 2,5 milyar Yen atau sekitar Rp 325 milyar. Sementara, konstruksinya dilaksanakan oleh kontraktor Jepang Tokyu Consstruction dengan menggandeng PT Waskita Karya.
Dengan rekonstruksi mengadopsi metode Balanced Cantilever, satu metode yang dirancang tangguh menghadapi bencana, seperti gempa dan tsunami layaknya kota-kota di Jepang. Masyarakat maupun wisatawan akan dapat menikmati keindahan dan fungsi Jembatan Emas ini sekitar akhirr Desember 2024. (Tims)